Tuesday, September 29, 2020

30 Days Writing Challenge (Day #4 Places I Want to Visit)

 




Membicarakan tempat-tempat liburan dimasa pandemi begini sebenernya lebih baik dihindari, pediiiih rasanya. Entah kapan pandemi ini berakhir. Entah kapan bisa liburan yang jauh lagi. 

Liburan terakhir yang gw alami sebenernya baru-baru ini sih, tgl 12-13 September berdua suami ke Semarang, short escape berdua setelah hampir 6 bulan mendekam di Surabaya saja, sekaligus merayakan ulang tahun suami.

Banyakkk destinasi yang ada di angan-angan untuk dikunjungi. Kalo dalam negeri pengennya ke Bali, Bandung, Jakarta, Jogja. Kalo luar negeri pengen ke Jepang atau Korsel. Yah, masih sebatas angan-angan, waktunya ada, duitnya kaga ada, wkwkwk, situasi juga belum memungkinkan.

Yang pasti gw kangeeen banget ke pantai. Pantai yang pasirnya putih, airnya biru jernih, yang masih sepi ga banyak manusia. Macam Karimunjawa dan Belitung gitu lah. Dari dulu gw suka banget pantai, suka santai-santai di pinggir pantai pas sore-sore nungguin senja, dengerin suara burung dan debur ombak yang bersautan, naik kapal berkunjung ke pulau-pulau kecil sambil ngeliatin langit biru ditemani hembusan angin laut, sesekali snorkeling liat makhluk-makhluk ciptaan Tuhan di dalam laut, berenang-renang lucu di cekungan-cekungan karang yang airnya jernih banget. Aaaahhhh...nikmatnya. 

Tapi kapaaaaaannnnn???

Udah ah, semakin panjang tulisannya semakin pedih hatiku.

Semoga pandemi ini segera berakhir. Dan everybody safe. Dan kita bisa pergi liburan ke pantai. Amin.

Monday, September 28, 2020

30 Days Writing Challenge (Day #3 - Memory)

 

Gw orangnya pelupa.

Suami gw suka cerita pengalaman-pengalaman dia waktu kecil, waktu sekolah, dan dia masih inget secara detail. Bahkan nama lengkap temen-temennya aja dia masih inget.

Sementara gw? Ga ada 10% dari ingatan suami gw kayanya. Hahaha.

Banyak memori di masa lalu yang gw ga inget secara detail, tapi kalo berkesan banget pasti gw inget.

Salah satu pengalaman berkesan yang masih gw inget adalah ketika kelas 2 SMA, gw ikut Festival Paduan Suara ITB di Bandung. Itu tahun 2000. Ada banyak pengalaman pertama disitu, makanya berkesan. Pertama kali ikut paduan suara, pertama kali ikut kompetisi besar, pertama kali naik bus rombongan ke Bandung, pertama kali juara, banyak deh.

Bisa tergabung di Paduan Suara pas SMA itu kebahagiaan besar buat gw. Itu semacam pencapaian cita-cita yang tertunda dari SD. Waktu SD kakak gw yang ikut kompetisi padus, dan gw pengen banget jadi kayak dia. Baru pas SMA kesempatan itu datang. Di hari pertama orientasi SMA, Paduan Suara Sinlui tampil untuk menyambut siswa baru, gw lupa mereka nyanyi lagu apa, tapi
gw inget gw terpesona banget ngeliat mereka. I wanted to be like them, I wanted to join them. Waktu ada audisi penyanyi baru, gw ga mau sia-siain kesempatan dan langsung ikut audisi. Beruntung karena gw pernah les piano jadi bisa baca not, dan skill menyanyi udah turunan dari keluarga nyokap. So, tergabunglah gw di Paduan Suara SMAK St. Louis 1, bangganya setengah mati. Disitu gw belajar teknik menyanyi untuk pertama kalinya, dan disitu gw mulai mencintai Paduan Suara. 

Pengumuman kompetisi pun datang. Festival Paduan Suara ITB tahun 2000, sebuah festival bergengsi yang diikuti siswa-siswa seluruh Indonesia. Jurinya yang gw inget waktu itu salah satunya Addie MS. Gw pengen ikut, jelas. Ada audisi lagi untuk bisa ikut kompetisi itu, dan gw percaya diri gw bisa lolos. Tapi, sempet ada drama dong, waktu senior gw bilang kemungkinan gw ga ikut ke Bandung karena kuotanya penuh, gw nangis di taman sekolah, dihibur sama kakak gw, gw sedih banget. Puji Tuhan, beberapa hari berikutnya gw dapet kabar gw bisa ikut ke Bandung. Ga ada yang ga seru dari serangkaian proses persiapan sampai pulang dari kompetisi. Semuanya berkesan dan ga akan pernah gw lupain. Gw bahkan masih inget seragam yang dipake waktu itu, jelek-sejeleknya hahaha, tapi lumayan lah masih bisa masuk final untuk kategori campuran, dan juara 1 untuk kategori females.

Sekarang sih gw udah ga pernah kontak lagi sama temen-teman padus SMA, tapi memori itu ga akan pernah terlupa. Makasih ya, PS SMAK Sinlui angkatan 2000-2002, forever in my mind and my heart.


Note:

Foto ga nyambung sama isi tulisan, karena ga nemu foto2 waktu ikut PS Sinlui, hiks.

Tuesday, September 22, 2020

30 Days Writing Challenge (Day #2 - Happiness)



Gw penganut prinsip "bahagia itu sederhana".

Jadi pada dasarnya gw nih gampang dibikin happy, bahkan hanya dengan hal-hal yang kecil.

Lihat langit cerah dan biru, gw happy. Lihat langit senja sore2, gw happy. Bisa masuk kantor lebih pagi dari bos, gw happy. Dikasih duit jajan sama suami, walopun cuma 50rebu, gw happy. Bisa nonton Tonight Show tiap malem di TV, gw happy. Bisa kasih sesuatu buat orang lain, misalnya masakin sesuatu buat orang lain, gw happy. Bisa masak aja gw happy kok, karena dulu sebelum nikah gw ga bisa.

Happiness itu bisa kita dapetin dimana-mana, selama sumbernya dari dalam diri sendiri. I do agree that we can not find happiness dari luar diri kita, karena kita ga bisa kontrol sesuatu yang diluar diri kita, suatu saat kita bisa kecewa. Jadi nyambung sama topik tulisan kemarin sih, lebih baik kita cari dari dalem diri sendiri, coba kenali kepribadian kita dan nanti kita pasti tahu dimana sumber kebahagiaan kita. 

Bicara soal kebahagiaan, pasti relate dengan yang namanya "positivity", berpikir positif. Tapi sejujurnya gw lebih tertarik dengan istilah "toxic positivity". Ada nih temen gw, dia benci banget liat orang yang selalu berpikir positif, menurutnya orang kaya gitu itu "toxic", semua-semua dibilang bagus, ga ada yang jelek, jadinya menjurus ke munafik atau naif.

Menurut gw emang banyak sih orang-orang yang mengidap "toxic positivity" ini, tapi kita juga ga bisa meng-generalisir bahwa semua orang yang banyak memuji-muji itu "toxic". Bisa jadi memang dia sedang belajar untuk berpikir positif setelah selama ini pikirannya negatif mulu, mungkin semacam terapi buat dia. Dan, seburuk-buruknya "toxic positivity" menurut gw masih lebih baik daripada "constant negativity". Itu kan lebih "toxic" dan mematikan. Mematikan hati lo, mematikan hati orang-orang di sekitar lo. 

So, gw mendukung gerakan berpikir positif, karena itu bisa bikin lo bahagia, dan bahagia bikin hati gembira, dan hati yang gembira adalah obat. 


End of day 2 ! 

Hope to see you tomorrow, day 3.

30 Days Writing Challenge (Day #1-Personality)


SHALOOOMMMM, APA KABAR BLOG-KUUUU ??

Terakhir nge-blog tahun 2012, dan sekarang udah tahun berapaaa? Yes it's 2020 !! It's been 8 years since my very last blog, gokiiillll...

Banyak banget yg udah berubah selama 8 tahun ke belakang..ya gila juga sih kalo hidup gw masih sama2 aja selama 8 tahun.

Tahun 2012 gw masih suka galau gara2 mantan, sekarang I've been married for 2 years dooong..bukan sama mantan, tapi sama pria yang jauh lebih baik..ehm.

Anywaayy, the reason why I came back, and starting to write again is because of this picture I just found on twitter. Lagi scrollling2 lucu aja, tiba-tiba muncullah gambar ini, diposting oleh somebody (ga kenal) dan gw langsung tertarik. Apakah ini pertanda buat gw untuk mencoba menulis lagi? 

Well I don't know if I'm going to be commit on this challenge, (sama kayak apakah gw bisa komit untuk berdiet), tapi bagaimanapun juga it's worth to try.

So here we go, let's start shall we?

Day 1 challenge is to describe my personality.

Untuk wanita berusia 36 tahun kaya gw, harusnya udah lulus ye mata kuliah mengenal kepribadian diri sendiri, mencari jati diri, dan temen2nya. Tapi sejujurnya, sekenal2nya kita sama diri sendiri, tetep akan ada momen dimana kita mempertanyakan diri sendiri, bertengkar dengan diri sendiri, dan menyangkal diri sendiri. Dan kayanya itu akan berlangsung seumur hidup. Seperti kata pepatah : "musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri."

So, setelah 36 tahun hidup di dunia ini, gw menilai diri gw sebagai orang yang blak-blakan, ga suka basa-basi, ga suka kode-kodean, mostly ga sensitif (tapi dalam hal tertentu bisa sensitif juga), gampang marah tapi bukan pendendam, so gampang maafin juga, bosenan (bae2 ni challenge bs gw tinggal kapan aja sebelum 30 hari hahaha), dan gw orangnya plan A banget, ga suka plan B, kalaupun ada plan B itu udah gw rencanain sebelumnya. 

That's my version of me.

But then, I suddenly remember dulu pernah ikut tes kepribadian MBTI tapi lupa hasilnya apa, jadi meluncurlah gw ke google cari tes kepribadian online, dan hasilnya adalah gw itu : 

ESTJ (Extrovert, Sensing, Thinking, Judging)

ESTJ adalah orang yang realistis, praktis, dan menggunakan fakta. Mereka tegas dan mengimplementasikan keputusan yang dibuat dengan cepat. Mereka menyelesaikan suatu pekerjaan dengan mengaturnya dan orang lain. Mereka fokus untuk bisa mendapat hasil terbaik dengan cara paling efisien dan mungkin dilakukan.Seorang ESTJ punya standar logika yang jelas, yang menuntun mereka secara sistematis. Mereka ingin orang lain juga mengikuti standar logika miliknya. Mereka kadang memaksakan rencananya agar bisa dilakukan

Dan dengan ini gw mengamini semua penjelasan di atas. Hehe.

Gw rasa itu hasil pembentukan melalui pengalaman hidup bertahun-tahun yah, makanya bisa jadi Ester seperti sekarang ini, daaaan tidak menutup kemungkinan kepribadian gw bisa berubah, karena hidup masih berlanjut dan entah apa yang akan terjadi nanti. 

Tapi yang pasti gw bersyukur sudah bisa mengenali diri sendiri, paling gak itu jadi modal gw untuk survive menjalani hidup baik dengan diri sendiri ataupun dengan orang lain.

End of day 1 challenge. Sampai ketemu besok!